MADANINEWS.ID, JAKARTA — Banyak kalangan sahabat perempuan yang turut berjuang dalam peperangan Islam baik lahir ataupun batin. Perjuangan yang dilakukannya tidak hanya terjun langsung dalam medan perang namun kesediaan mereka dalam memberikan izin putranya dalam mengikuti peperangan Islam.
Tak jarang juga di antara mereka terjun langsung dalam peperangan seperti Rubayi’ binti Mi’wadz bin Haris al-Anshariyah, Rufaidah al-Anshariyah, Syifa binti Abdullah dan lain lain. Peran perempuan tidak bisa dianggap remeh.
Saat itu peranan perempuan tidak hanya menghadapi para musuh namun mereka menjadi salah satu bagian penting dalam aksi peperangan contohnya mengobati prajurit yang terluka dan membawa minum uang para pejuang.
Ada beberapa sahabat perempuan yang sering disebut sebagai ibunda para syuhada. Hal ini dinisbatkan kepadanya lantaran putra-putranya yang gugur dalam peperangan. Beliau adalah Afra’ binti Ubaid.
Nama lengkapnya Afra’ binti Ubaid bin Tsa’labah bin Ghanmin bin Malik bin An-Najjar al-Anshariyah. Beliau berasal dari Bani Najjar. Ibunya bernama Ru’at binti ‘Adiy bin Sawad. Afra’ merupakan ibu dari tujuh anak laki-laki.
Kisah putranya banyak dikenal dalam sejarah Islam sebagai tujuh bersaudara yang gugur dalam perang badar. Beliau termasuk sahabat perempuan awal yang masuk Islam dan langsung dibaiat oleh Rasulullah.
Beliau mendatangi Madinah tahun 11 sebelum hijrah. Ketika itu Rasululah lewat dan mendatangi sekelompok pemuda yang ada saat itu. Salah satunya putra dari Afra’ yaitu Auf bin Afra’.
Beliau menikah dengan Haris bin Rifa’ah bin Haris bin Sawad. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai tiga seorang putra yaitu Mu’adz, Muawwidz dan Auf.
Namun suaminya menceraikan beliau dan akhirnya menikah dengan Bukair bin Abdul Lail al-Laitsy.
Dari pernikahan ini beliau dikarunia empat anak. Mereka adalah Aqil, Khalid, Iyas dan Amir. Keempat putra beliau menjadi kelompok yang pertama dibaiat Rasulullah di Mekkah.
Dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala’ disebutkan mengenai keutamaan Afra’. Beliau salah satu sahabat perempuan yang tangguh. Beliau sabar dan tegar ketika mendengar ketujuh putranya yang wafat dalam perang badar.
Keutamaan putranya banyak diceritakan oleh Rasulullah. Salah satunya yang disebutkan dalam suatu riwayat dari Abdurrahman bin ‘Auf ra, dia berkata, “Ketika aku berdiri dalam barisan tentara pada saat Perang Badar, aku melihat kesamping kanan dan kiriku dan ternyata aku berada diantara dua anak muda dari kaum Ansor, padahal sebelumnya aku berangan-angan berada diantara dua orang yang lebih kuat daripada mereka berdua. Kemudian salah seorang dari keduanya memberi isyarat kepadaku dengan matanya seraya berkata: “Wahai paman, apakah paman mengetahui orang yang bernama Abu Jahal?” Aku menjawab :”Ya, lantas apa keperluanmu dengannya?’ Dia menjawab : “Aku mendapat kabar bahwa dia telah mencela Rasulullah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika aku melihatnya maka diriku tidak akan berpisah darinya sampai ada diantara kami yang menemui ajalnya.”
Abdurrahman melanjutkan: “Aku terkejut mendengarnya. Lalu anak muda yang satu lagi memberi isyarat kepadaku dengan matanya seraya mengatakan perkataan yang sama. Tidak lama setelah itu, aku melihat Abu Jahal bergerak diantara kerumunan pasukan Quraisy. Maka aku berkata kepada keduanya, ‘Tidaklah kalian lihat, itulah orang yang kalian tanyakan kepadaku tadi’.”
Abdurrahman melanjutkan “Maka mereka berdua langsung memburu Abu Jahal dan memukulkan pedang mereka hingga akhirnya mereka berdua dapat membunuhnya. Kemudian setelah itu, mereka berdua pergi menemui Rasulullah dan memberitahukan hal tersebut kepada beliau.”Maka beliau bertanya, “Siapakah diantara kalian bedua yang telah membunuhnya?” Masing-masing dari mereka menjawab : “Akulah yang telah membunuhnya”. Maka Rasulullah bersabda, “Apakah kalian berdua telah membersihkan pedang kalian?” Mereka menjawab: “Belum”. Beliau pun melihat kedua pedang itu lalu bersabda “Kalian berdua yang telah membunuhnya”. Kemudian beliau memberikan harta rampasan yang diambil dari musuh yang terbunuh kepada Mu’adz bin Amr bin Jamuh. Sedangkan kedua anak muda itu adalah Mu’adz bin Amru bin Jamuh dan Ma’udz bin ‘Afra”.
Seperti yang disebutkan dalam riwayat dalam kitab Shahih Muslim
أنس بن مالك قال قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم من ينظر لنا ما صنع أبو جهل . فانطلق ابن مسعود فوجده قد ضربه ابنا عفراء حتى برك قال فأخذ بلحيته فقال آنت أبو جهل ؟ فقال وهل فوق رجل قتلتموه
“Anas bin Malik berkata, Rasulullah bersabda “Siapakah yang sanggup mengabarkan kepada aku keadaan Abu Jahal ?” Maka berangkatlah Ibnu Mas’ud dan didapatinya Abu Jahal telah dipukul roboh oleh dua orang anak Afra’ sehingga tidak berdaya. Kemudian dia memegang jenggotnya seraya berkata, kamukah Abu Jahal? Abu Jahal menjawab, “Apakah ada yang lebih mulia dari orang yang telah kalian bunuh selain aku, atau orang yang dibunuh oleh kaummnya.”
Itulah rasa cinta yang ditumbuhkan oleh para ibu di dalam diri anak-anaknya. Betapa besarnya keberanian kedua pemuda itu yang bertekad untuk menolong dan membela agamanya.