MADANINEWS.ID, Jakarta – Menjalankan ibadah haji merupakan rukun islam yang wajib dilakukan bagi setiap muslim yang mampu baik mampu secara fisik maupun ekonomi. Selain merupakan penyempurna dari rukun Islam, ibadah haji memiliki keutamaan-keutamaan pahala yang amat tinggi bagi setiap muslim yang menjalankannya.
Mengenai keutamaan melaksanakan ibadah haji, dalam sebuah hadits dikatakan:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ibadah umrah ke ibadah umrah berikutnya adalah penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Allah SWT telah menjanjikan surga bagi setiap muslim yang menjalankan ibadah haji dengan niat ikhlas dan memperoleh haji yang mabrur. Mabrur sendiri memiliki banyak makna dan kriteria.
Secara harfiyah, mabrur berarti diberkati atau berbuat kebajikan. Menurut Imam Nawawi dalam kitab Syarah Muslim, Haji Mabrur adalah ibadah haji yang tidak dinodai oleh perbuatan dosa, tidak disertai dengan riya, sum’ah, rafats dan fasiq. Dengan kata lain haji mabrur adalah haji yang maqbul atau diterima Allah SWT.
Tentu tidak mudah bagi seorang muslim untuk memperoleh haji yang mabrur. Diperlukan tekad kuat dan niat tulus semata-mata karena Allah untuk mencapai tingkat ini. Berikut ini adalah tips yang mungkin bisa menjadi acuan bagi jamaah haji untuk memperoleh haji mabrur sesuai dengan ketentuan syariah Islam.
Seperti dilansir dari Arabnews beberapa waktu lalu, berikut 10 tips untuk menuju haji mabrur:
- Ketulusan Niat: luruskan dan tuluskan niat hanya karena Allah SWT dalam mencari pahala di setiap ibadah dan perbuatan baik, termasuk ketika berhaji. Seorang yang ingin menuju haji yang mabrur mesti memiliki ketulusan niat karena Allah dan menyingkirkan semua hasrat dan niat buruk yang menyertai seperti riya, sum’ah
- Persiapan haji: Bagi para petugas haji, diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik yakni melayani jamaah. Petugas sebaiknya tidak mengutamakan ibadah haji pribadinya dan mengabaikan tugas pokoknya untuk melayani jamaah. Pelayanan yang baik oleh petugas terhadap tamu Allah SWT niscaya dapat membuat pahala hajinya diterima Allah SWT.
- Mengagungkan Allah: Tujuan utama dan hikmah dalam berhaji adalah menunjukkan cinta kasih, penghambaan, pengkhidmataan seorang muslim kepada Allah SWT. Maka dari itu, demi menjaga kesucian niat hendaknya tetap mengagugkan Allah dalam ssetiap saat selama berhaji. Seperti halnya Alquran menjelaskan dalam Surah Al Hajj ayat 32, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.”
- Berperilaku baik: untuk menggapai haji yang mabrur, setiap jamaah harus menjaga dan menjalani setiap rukun yang ditetapkan. Misalnya saat memulai ritual haj, jamaah harus berada dalam keadaan ihram, tidak melakukan hubungan seksual, menjaga ucapan dan tindakan, menahan amarah, menghindari argumentasi, berprasangka buruk, perselisihan, dan sengketa selama haji.
- Mengingat hari akhir: Haji mengingat umat Muslim mengenai kondisi di Hari Akhir. Misalnya saat wukuf di Arafat di mana mengingatkan manusia betapa kerdilnya mereka di hadapan Allah SWT. Pakaian ihram yang dikenakan jamaah diibaratkan sebagai kain kafan. Besarnya gelombang manusia di tempat tersebut diibaratkan sebagai gambaran saat di Padang Mahsyar kelak. Di Hari Pembalasan nanti, manusia akan menghadapi pengadilan terkait amal baik dan buruknya selama di dunia.
- Tunduk kepada Allah SWT: Jamaah dilatih tunduk dan menaati Allah SWT serta meninggalkan kesenangan duniawi. Hal ini tercermin ketika berhaji, jamaah diminta menggunakan pakaian ihram dan melepaskan segala perhiasan dari tubuh mereka.
- Menjunjung persaudaraan: Para jamaah haji berasal dari berbagai negara, ras, dan kebangsaan. Semuanya berkumpul di satu tempat dan waktu yang sama. Busana yang digunakan pun sama yaitu pakaian ihram berwarna putih. Meski berasal dari penjuru dunia berbeda, mereka melafalkan kalimat Talbiyah untuk tujuan sama yaitu bentuk kepercayaan kepada Allah SWT. Di waktu tersebut, muncul rasa cinta dalam diri mereka sebagai saudara seiman yang pada gilirannta menjadi dorongan untuk mengenal satu sama lain, bekerja sama, bertukar pikiran, nasihat, dan cerita.
- Napak tilas masa lalu: Haji merupakan ibadah yang mengingatkan Muslim terhadap sejarah Islam di masa lalu. Tepatnya saat Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS menyembelih putranya Nabi Ismail AS, pembangunan Kabah, hingga kehidupan Nabi Muhammad SAW di dua kota suci, Makkah dan Madinah.
- Sebagai pengingat Allah SWT: Jamaah yang merenungkan ritual haji, terutama saat pelafalan kalimat Talbiyah, Takbir, Tahlil, akan merasa lebih dekat dengan Allah SWT. Hal ini tertuang dalam Alquran Surah Al Baqarah ayat 198, “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rizki basil perniagaan) dari Rabb-mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”
- Disiplin: Ingatlah, bahwa haji mampu menghapus dosa terdahulu. Saat kembali dari berhaji, seseorang akan kembali dalam keadaan fitrah, sama seperti saat dilahirkan dari rahim ibu. Untuk itu, setiap jamaah disarankan memanfaatkan kesempatan ini. Bukalah halaman baru, lakukanlah perbuatan baik dalam keteguhan hati tinggi semata hanya demi ridha Allah SWT. Ulama dan cendekiawan Muslim yang hidup pada masa awal kekhalifahan Umayyah Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Haji mabrur pantang kembali ke kesenangan duniawi dan lebih menginginkan akhirat.”