IBADAH.ID, Jakarta – Seorang Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Aditya Sewanggara berhasil menciptakan Nano Shark Kao (Nano Spray Inhaler dari limbah kulit kakao).
Aditya bersama kelompoknya memodifikasi limbah kulit kakao metode SNEEDS sehingga menjadi salah satu obat mutakhir untuk mengobati penyakit bronkitis kronik.
“Cara pemakaian obatnya pun sangatlah mudah dan efisien yaitu dengancara inhaler,” kata Aditya, dikutip dari keterangan pers UII pada Selasa (10/7).
“Kami berangkat dari keprihatinan tentang tingginya kematian akibat rokok di berbagai belahan dunia terutama Indonesia dan permasalahan lingkungan dalam hal ini kami mengangkat limbah kulit kakao yang hingga saat ini masih menjadi sebuah musuh utama bagi lingkungan karena pengolahan limbah tersebut yang masih belum optimal, terutama di daerah- daerah penghasil coklat seperti di DIY ini,” lanjut Aditya.
Aditya menyebutkan inovasi dalam pembuatan nano herbal dari limbah kulit kakao ini berupa kombinasi dari metode SNEEDS dengan metode spray inhaler.
Adanya pembuatan nano herbal dari limbah kulit kakao ini diharapkan dapat menurunkan resiko kematian akibat rokok di Indonesia yang renewable serta ramah lingkungan.
Sedangkan proses pembuatannya sendiri yaitu dengan carakulit kakao dikeringkan, lalu dimaserasi dengan etanol teknis selama kurang lebih 1×24 jam. Kemudian di campurkan dengan tween dan dicampurkan dengan ko surfaktan dihomogenkan dengan ultra sonikasi.
“Kemudian didapatkan nano herbar dari kulit kakao berupa nano spray yang dapat mengobati penyakit bronkitis kronik dengan cara pemakaian secara inhaler,” terang Aditya.
“Keunggulan dari Nano Shark Kao ini selain ramah lingkungan dibandingkan yang lainnya, dan renewable. Bahan yang digunakan untuk pembuatan Nano Shark Kao sendiri berasal dari dalam negeri sehingga lebih murah, serta proses pembuatannya yang sangat mudah , dan cepat,” imbuh Aditya.
Aditya berharap dengan adanya Nano Shark Kao, angka kematian akibat rokok dapat ditekan, selain itu Nano Shark Kao dapat menjadi salah satu solusi terhadap permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh limbah kulit kakao.