MADANINEWS.ID, JAKARTA – Pesona kota Thaif yang indah dan sejuk membuat wisatawan khususnya jamaah haji maupun umrah ingin berkunjung ke lokasi tersebut. Kota yang dikenal memiliki sejarah perjuangan syiar Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) ini berada di antara pegunungan Asir dan pegunungan al-Hada. Thaif berjarak sekitar 80 kilometer dari Mekkah dan bisa ditempuh selama 1,5 jam jika menggunakan kendaraan.
Kota Thaif diberkahi dengan tanah yang subur, walaupun komposisi bebatuan lebih mendominasi. Dengan kesuburan yang dimilikinya, maka kota Thaif terkenal dengan kekayaan produk pertanian. Berbagai jenis buah-buahan, seperti anggur, kurma, delima dan lain-lain dihasilkan oleh daerah yang subur ini.
Demikian juga beragam macam sayur-mayur dan bunga-bungaan. Bunga-bungaan seperti ambar, misik, dan yasmin dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat minyak wangi. Hasil tanaman yang melimpah ruah tersebut sebagiannya diekspor ke berbagai negara.
Perjalanan menuju kota Thaif, khususnya ketika melewati pegunungan Asir dan pegunungan al-Hada akan menemukan jalan yang berkelok-kelok, panjang dan menanjak hingga puncak. Tak seperti pegunungan pada umumnya, area pegunungan di sini nyaris tak ditumbuhi pepohonan, kawasan di sini nampak tandus, berbatu dan berpasir.
Namun saat memasuki kota Al-Hada sebelum Thaif, akan terlihat pemandangan sebaliknya. Di sepanjang jalan terlihat pemandangan yang sejuk, sejumlah pepohonan dan perkebunan kurma nampak tumbuh subur dan tertata dengan rapi. Tampak pula beberapa rumah tradisional berdiri di tengah perkebunan itu yang membuat semakin indah pemandangan.
Di sekeliling kawasan ini juga dipenuhi tempat-tempat wisata yang disediakan bagi penduduk Arab Saudi. Jika ingin mampir sejenak, di kawasan ini terdapat pula tempat untuk miqat yakni Wadi Sair Kabir. Bahkan kabarnya, para raja Saudi dan kerabatnya banyak membangun tempat peristirahatan di kota Thaif, maka karena hal ini itu pula kota Thaif dijuluki Qaryah Al-Mulk yang berarti Desa Para Raja.
Kesejukan kota Thaif menyebabkan tempat ini kerap dijadikan sarana berwisata kala musim panas. Hal ini karena Thaif merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian sampai 1.500 meter dari permukaan laut sehingga hawanya sejuk.
Selain hawa sejuk, satu hal yang membuat kota Thaif kian membuat para jamaah penasaran adalah keberadaan pohon-pohon Zaqqum. Pohon langka yang namanya tercantum dalam Al-Quran. Pohon ini memiliki duri yang tajam dan besar. Pohon ini juga merupakan jenis pohon langka yang tak tumbuh di Indonesia atau negara lainnya.
Menariknya lagi, kisah tentang pohon Zaqqum ini tertuang dalam Al-Quran Surat Al-Waqiah ayat 52-56. Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa para penghuni neraka kelak akan diberikan makanan yang luar biasa pahitnya dari pohon Zaqqum.
Di jantung Kota Thaif, terdapat beberapa masjid, seperti Masjid Jami’ Khodimul Haramain Syarifain, Masjid Addas, Masjid Ku’ (ku’un), masjid tempat Rasulullah SAW dilempari batu oleh penduduk Thaif, dan Masjid Jami’ Abdullah bin Abbas yang digunakan Rasulullah SAW untuk shalat Zhuhur dan Ashar di-jama’ taqdim qashar.
Di belakang Masjid Abdullah bin Abbas, persisnya di samping kanan lokasi shalat perempuan, sejarah mengatakan merupakan lokasi makam Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu (RA). Ibnu Abbas RA adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang berpengetahuan luas dan banyak hadis sahih yang diriwayatkan melalui dirinya. Ia jugalah yang menurunkan seluruh khalifah dari Bani Abbasiyah.
Setelah kota Thaif, sekitar 20 kilometer akan terlihat daerah As-Safa dengan pemandangan bukit yang menghijau. Untuk memasuki kota as-Shafa saat ini diperlukan izin khusus dan pemeriksaan yang cukup ketat hal ini karena di tempat ini terdapat sekolah militer dan gudang senjata pemerintahan Arab Saudi. Villa-villa milik para amir dan para konglomerat, juga banyak dibangun di daerah As-Safa ini.
Selain dikenal dengan keindahan dan kesejukan alamnya, kota Thaif juga menyimpan sejarah perkembangan penyebaran agama Islam dan sejarah kehidupan Rasulullah SAW. Di kota inilah Rasulullah SAW pertama kali mendapat tantangan, cemoohan, pengusiran bahkan sempat dilempari batu oleh kabilah Tsaqif, kabilah terbesar di kota Thaif.
Untuk mengingatkan kembali, sejarah tersebut terjadi pada waktu tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk berdakwah. Perjalanan ini dilakukan tak lama setelah wafatnya sang istri, Khadijah RA serta sang paman sekaligus pelindung utama beliau, Abu Thalib.
Wafatnya kedua sosok yang disegani itu membuat kaum Quraisy semakin berani menentang dan mengganggu Rasulullah SAW. Untuk mengantisipasi kekejaman kaum kafir Quraisy kala itu, akhirnya secara diam-diam Rasulullah SAW melakukan perjalanan syiar dengan berjalan kaki ke Thaif. Rasulullah SAW tinggal di Thaif selama 10 hari untuk berdakwah sekaligus meminta perlindungan.
Namun ternyata, penduduk kota itu melakukan penolakan dan memperlakukan Nabi Muhammad SAW dengan kasar. Bahkan mereka melempari Rasulullah SAW dengan batu hingga kakinya terluka. Tindakan brutal ini membuat sahabat Rasulullah SAW, Zaid bin Haritsah RA ikut turun tangan membela dan melindungi beliau. Namun kepala sang sahabat juga terluka akibat lemparan batu.
Dalam keadaan seperti inilah Rasulullah SAW kembali dari kota Thaif. Dalam perjalanan pulang, beliau menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari kejahatan orang-orang Thaif, maka Rasulullah SAW berdoa kepada Allah SWT.
Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah SAW sehingga Jibril AS datang dan memberi salam kepada beliau, dan berkata, “Allah SWT mengetahui apa yang terjadi dalam pembicaraanmu dengan kaummu, dan Allah mendengar jawaban mereka terhadapmu, dan Dia telah mengutus satu malaikat yang bertugas mengurusi gunung-gunung kepadamu untuk melaksanakan apa saja perintah yang diinginkan olehmu.”
Setelah malaikat itu datang dan memberi salam kepada Rasulullah SAW, ia berkata, “Apa yang engkau perintahkan akan saya lakukan. Jika engkau suka, saya sanggup membenturkan kedua gunung di samping kota ini bertubrukan sehingga akan mengakibatkan siapa saja yang tinggal di antara keduanya mati tertindih. Kalau tidak, apa saja hukuman yang engkau inginkan, saya siap melaksanakannya.”
Mendengar pernyataan malaikat Penunggu gunung itu, Rasulullah SAW pun berkata, “Tidak usah. Aku malah berharap mudah-mudahan Allah SWT berkenan memunculkan dari kalangan mereka sendiri seseorang yang akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”
Betapa mulianya hati Rasulullah SAW, yang sudah disakiti namun masih saja berdoa untuk kebaikan mereka. Selain kisah penganiayaan yang dialami Rasulullah SAW pada masa awal dakwah Islam, di Thaif juga terjadi pertempuran dahsyat pasca perang Hunain.
Pertempuran Hunain adalah pertempuran antara pihak Rasulullah SAW dan para sahabatnya, dengan kaum badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H. Dalam pertempuran itu, pasukan Muslimin berhasil meraih kemenangan telak.
Namun, sebagian orang-orang Tsaqif, kemudian memilih tidak menyerah, tapi melarikan diri ke Thaif. Di kota ini, mereka menutup pintu-pintu gerbang kota dan membuat sejumlah persiapan untuk perang. Setelah perang Hunain reda, Rasulullah SAW berangkat ke Thaif.
Untuk mencapai kota itu, Rasulullah SAW berjalan melewati Nakhlah Al-Yamaniyah, Qarn, Al-Mulaih, dan Bahrah Ar-Rugha’ dari Liyyah. Di sana, Rasulullah SAW membangun masjid dan mengerjakan shalat di dalamnya.
Setelah mendekati tembok benteng Kota Thaif, Rasulullah SAW memerintahkan pasukan kaum Muslimin untuk mendirikan markas. Namun di tempat ini, beberapa orang dari sahabat Rasulullah SAW terkena panah sehingga Rasulullah SAW memindahkan markasnya ke masjid agar jauh dari benteng Thaif. Baru setelah itu, pasukan muslimin mengepung benteng selama lebih dari 20 malam.
Akhirnya, pertempuran pun terjadi dengan sangat sengit. Kaum Tsaqif menggunakan berbagai cara untuk melakukan perlawanan. Meskipun akhirnya pasukan muslimin berhasil menguasai kota Thaif, jumlah korban di pihak pasukan muslimin pun cukup besar. Jumlah sahabat Rasulullah SAW yang gugur sebagai syuhada di perang Thaif ada 12 orang. Mereka terdiri atas tujuh orang dari kaum Muhajirin dan empat orang dari kaum Anshar. Seorang lagi berasal dari Bani Laits.
Comments 1