MADANINEWS.ID – Beberapa pekan terakhir, Jakarta masih sering dilanda hujan deras yang mengakibatkan banjir di beberapa titik di ibu kota. Selain Jakarta, beberapa daerah juga kerap dilanda banjir dengan intensitas tinggi yang mengakibatkan banjir bandang, meluapnya sungai, tanah longsor dan sebgainya.
Jika demikian, kehadirannya (hujan) tak jarang menjadi momok menakutkan bagi masyarakat, karena intensitas hujan tinggi yang sewaktu-watu bisa menyebabkan banjir dan beberapa pohon tumbang sehingga menelan banyak kerugian, baik korban jiwa maupun harta benda. Inilah potret hujan yang kerap terjadi dan seakan menjadi ‘musibah’ tahunan bagi masyarat.
Selain itu, hujan rasanya tak lagi bisa diprediksi dengan pasti kapan datangnya, sehingga tak sedikit dari kita merasa ‘terusik’ karena kehadirannya yang tiba-tiba. Bagi masyarakat dengan mobilitas tinggi, hujan menjadi salah satu faktor penghambat aktivitas. Ada yang gelisah, ada yang mengeluh karena agendanya terhambat, entah itu (ada) meeting, janji dengan klien dan lain sebagainya. Meski begitu, tetaplah tenang, jangan gelisah. Karena hakekatnya hujan mendatangkan berkah bukan musibah. Insyallah
Dua Sudut Pandang
Ada dua perspektif tentang banjir yang melanda penduduk bumi ini. Pertama, merujuk pada sejarah para nabi, sejatinya peristiwa banjir pernah terjadi ratusan tahun lalu terhadap kaum ‘Ad, Negeri Saba’ dan juga pernah terjadi terhadap kaumnya Nabi Nuh Alaihis Salam. Kisah tersebut tertulis dalam Alquran di antaranya surah Hud ayat 32-49, surah al-A’raf ayat 65-72, dan surah Saba ayat 15-16. Menurut sebuah riwayat, dalam kajian teologis, peristiwa banjir tersebut disebabkan karena kedurhakaan umat manusia terhadap ajaran Tuhan yang disampaikan oleh para nabi.
Kedua, dalam sudut pandang ekologis, musabab banjir akibat ketidakseimbangan dan disorientasi manusia dalam memperlakukan lingkungannya atau alam sekitar. Artinya, banjir bukanlah sekedar musibah kemurkaan Allah kepada umat manusia. Akan tetapi banjir juga bisa merupakan fenomena ekologis yang disebabkan oleh perilaku manusia dalam mengelola lingkungan, menentang Sunnah lingkungan. “Bukanlah Kami yang menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, (disebabkan) citra (kondisi) lingkungan mereka tidak mampu menolong di saat banjir, bahkan mereka semakin terpuruk dalam kehancuran,” (QS. Hud: 101)
Solusi Alquran Terhadap Banjir
Dalam Alquran, Allah sudah begitu jelas menjelaskan penyebab terjadinya bencana alam yang satu ini, yakni banjir. Allah memerintahkan pada kita agar tidak melakukan kerusakan di bumi. Seperti dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan,” (QS. al-A’raf: 56).
Dari penjelasan singkat tersebut, amatlah jelas bahwa ayat tersebut memerintahkan kita agar tidak berbuat kerusakan yang mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Kerusakan ini, banyak sekali bentuknya. Adapun yang sangat dekat dengan musabab terjadinya banjir, yakni perilaku membuang sampah sembarangan. Perilaku tersebut amatlah merugikan bagi lingkungan. Padahal Allah sudah menjelaskan terlebih dulu dalam Alqur’an agar tidak berbuat kerusakan yang akibatnya merugikan diri sendiri. “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).” (Q.S. Ar-Rum ayat 41)
Oleh karena itu, memperbaiki diri dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah menjadi salah satu solusi menghadapi berbagai musibah, mentadarusi setiap peristiwa yang terjadi untuk dijadikan hikmah bagi kehidupan.Selain itu, menjadikan Alqur’an sebagai pedoman hidup merupakan bukti nyata bagi umat manusia, karena di dalam Alqur’an semua permasalahan dunia maupun akhirat sudah dijelaskan.
Keistimewaan Hujan
Bagi seorang petani, hujan amatlah ditunggu-tunggu, ketika berbulan-bulan sebelumnya merasa kesulitan air dan mengalami kekeringan. Namun, tidak jarang hujan disambut dengan penuh antisipasi akan datangnya banjir, macet atau bencana alam lainnya. Dengan demikian, hujan bisa menjadi berkah dan bisa juga menjadi bencana, tergantung apa yang dibawanya. Akan tetapi di dalam Islam, hujan adalah berkah bagi umat manusia, sedangkan bencana yang menimpanya adalah ulah dari perbuatannya sendiri. Bukti bahwa hujan adalah sebuah keberkahan telah termaktub dalam Alqur’an, “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS: Qaaf : 9).
Selain itu, keistimewaan hujan juga dijelaskan oleh Rasulullah Saw dalam sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa, hujan merupakan salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan: Bertemunya dua pasukan, Menjelang shalat dilaksanakan, dan Saat hujan turun.”
Dari penjelasan singkat di atas, jelaslah bahwa hujan bukanlah sumber petaka yang mendatangkan musibah. Sebaliknya, hujan membawa berkah bagi umat manusia. Bahkan, ketika hujan datang merupakan kesempatan emas bagi kita untuk berdoa karena menjadi salah satu waktu mustajab, yakni waktu dikabulkannya sebuah permohonan seorang hamba. Wallahu’alam
