MADANINEWS.ID, JAKARTA — Kita tentu sudah sering mendengar bahwa berpuasa baik untuk kesehatan. Namun, pernahkah Kita mendengar tentang dampak puasa pada kesehatan otak dan sistem saraf? Faktanya, puasa juga memberi manfaat untuk kesehatan otak Kita. Bagaimana bisa?
Perubahan yang dialami tubuh saat berpuasa
Puasa berarti Kita tidak makan dan minum selama beberapa jam. Saat ini terjadi, senyawa dalam tubuh yang disebut keton meningkat. Apa maksudnya?
Saat sedang tidak berpuasa, tubuh Kita, termasuk otak, menggunakan glukosa sebagai sumber energinya. Namun saat berpuasa, tidak ada sumber glukosa dari makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Pada kondisi ini, tubuh menghabiskan simpanan glukosa di hati (glikogen) sebagai sumber energi dan mendorong sel-sel lemak untuk melepaskan lemak.
Tubuh kemudian membakar lemak dan mengubahnya menjadi keton. Keton ini juga yang kemudian digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi.
Brain Facts menyebut bahwa perubahan sumber energi ini terjadi setelah sekitar 10-14 jam berpuasa. Perubahan ini lah yang diyakini memberi dampak positif pada kesehatan otak Kita.
Ragam manfaat puasa untuk kesehatan otak
Meski merasa lapar dan haus, berpuasa justru memberi ragam manfaat untuk kesehatan otak. Apa saja hal tersebut? Berikut adalah beberapa manfaat puasa untuk kesehatan otak Kita.
- Memperbaiki sel otak
Seperti penjelasan sebelumnya, tubuh menggunakan keton sebagai sumber energi selama berpuasa untuk memastikan fungsi otak dan tubuh tetap berjalan dengan baik.
Perubahan ini kemudian memicu proses yang disebut dengan autofagi. Ini merupakan proses di mana tubuh memperbaiki sel yang telah rusak, termasuk sel otak.
Tubuh menghilangkan bagian sel yang rusak dan mematikan pertumbuhan sel tersebut. Setelah puasa, sel-sel baru bertumbuh, kemudian membuat banyak protein dan membentuk sinapsis.
Adapun cara ini membuat otak Kita tetap sehat dan dapat bekerja dengan baik.
- Meningkatkan fungsi kognitif
Puasa memang memberi manfaat untuk menjaga kesehatan dan fungsi otak secara menyeluruh. Salah satu di antaranya adalah fungsi kognitif otak atau kemampuan berpikir dan mengingat.
Studi pada hewan menemukan fakta bahwa puasa merangsang produksi protein dalam sel saraf yang disebut brain-derived neurotrophic factor (BDNF).
Protein ini berperan penting dalam proses belajar dan memori serta membentuk sel saraf baru di hippocampus, yaitu bagian otak yang berperan dalam pembelajaran dan memori.
Meski begitu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat ini pada manusia.
- Lebih tahan terhadap stres
Bukan cuma fungsi kognitif, BDNF yang diproduksi tubuh saat puasa juga membuat sel saraf (neuron) di otak lebih tahan terhadap stres.
Ini karena BDNF mengaktifkan jalur sinyal saraf yang merespons stres di otak.
Sel-sel otak baru yang terbentuk pun cenderung lebih kuat, efisien, dan mampu mengatasi tekanan (stres) yang mungkin muncul sehari-hari.
Selain itu, kadar lemak yang turun saat puasa pun membuat sel tubuh Kita terbebas dari tekanan. Ini berarti sel-sel di tubuh, termasuk otak, Kita menjadi lebih sehat.
Bahkan, Texas Medical Center menyebut, seseorang dengan sel-sel tubuh yang terbebas dari tekanan cenderung memiliki umur yang panjang.
- Mengurangi kerusakan otak
Bagi penderita penyakit saraf tertentu, puasa mungkin bisa memberi manfaat untuk membantu mengurangi kerusakan otak. Beberapa di antaranya adalah cedera otak dan stroke.
Studi pada hewan menemukan fakta bahwa puasa sebelum stroke iskemik dapat mengurangi kerusakan otak dan meningkatkan pemulihan pascastroke.
Adapun mengurangi kerusakan otak pada penderita stroke dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi stroke.
Ini termasuk kelumpuhan atau paralisis, kesulitan bicara atau menelan, nyeri atau mati rasa pada area tubuh yang terpengaruh, masalah emosional, hilang ingatan, hingga kematian.
- Mencegah penyakit otak degeneratif
Siapa sangka kalau berpuasa juga mungkin bisa membantu mencegah penyakit otak degeneratif, seperti penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson.
Puasa telah diketahui dapat memperlambat penuaan serta mencegah dan mengobati sindrom metabolik. Keduanya merupakan faktor risiko utama dari penyakit degeneratif ini.
Bukan cuma mencegah, seseorang yang sudah menderita penyakit degeneratif ini mungkin bisa memiliki fungsi kognitif serta kualitas hidup yang lebih baik dengan berpuasa.
Faktanya, penelitian pada hewan menemukan fakta bahwa tikus yang memiliki penyakit Alzheimer dan menjalani puasa cenderung hidup dua setengah tahun lebih lama daripada yang tidak.
Tidak semua orang merasakan manfaat puasa untuk otak
Meski bermanfaat, tidak semua orang perlu melakukan puasa. Dalam Islam, puasa Ramadan sekali pun tidak wajib bagi yang sedang hamil atau memiliki penyakit kronis.
Ini juga termasuk bagi Kita yang memiliki penyakit saraf tertentu, seperti yang disebutkan di atas.
Meski terbilang aman secara umum, Kita yang memiliki kondisi medis tertentu sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter mengenai keamanan berpuasa untuk Kita.
Apalagi, puasa berkepanjangan mungkin bisa menimbulkan pusing, kram otot, atau masalah kesehatan lainnya pada beberapa orang.
Jika puasa dilakukan dengan tepat, manfaat untuk otak yang disebutkan di atas mungkin bisa Kita dapatkan. Konsultasikan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut.