MADANINEWS.ID, JAKARTA — Allah SWT merepresentasikan Diri-Nya melalui Alquran dan karenanya tidak ada makhluk yang mampu menampung kehadirannya kecuali manusia semata karena makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah SWT:
وْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir” (QS 59:21).
Gunung yang begitu kokoh dan perkasa tidak mampu menanggung representasi Zat Mutlaq Allah SWT.
Ketika Nabi Musa a.s. meminta untuk dapat menyaksikan Allah SWT dan Allah SWT memperlihatkan bagaimana hancurnya gunung karena tak mampu menanggung kehadiran Allah SWT :
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman” (QS 7: 143).
Baca Juga: Ma’rifat Al-Quran (1): Al-Quran Rahmat Ilahi
Gunung yang perkasa tak mampu untuk menanggung al-Qur’an karena al-Qur’an adalah perkataan yang berat:
اِنَّا سَنُلۡقِیۡ عَلَیۡکَ قَوۡلًا ثَقِیۡلًا
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat” (QS 73: 5).
Ja’far al-Shadiq r.a. berkata: “Allah bertajalli kepada makhluk-Nya melalui kalam-Nya akan tetapi mereka tidak menyaksikan.”
Melalui al-Qur’an Allah SWT menghadirkan Diri-Nya melalui Nama-Nama-Nya: “Yang Maha Hidup dan Maha Kokoh (QS 3:2-3); Yang Mengajarkan dan Yang Maha Mulia (QS 96:1-5); Yang Maha Pengasih dan Maha Penyang (QS 41: 1-2); Yang Maha Agung dan Maha Berilmu (QS 40 : 1-2); Yang Maha Agung dan Maha Bijak (QS 45:1-2); Yang Maha Bijak dan Maha Terpuji (QS 52 : 30); dan Yang Maha Tinggi dan Maha Bijaksana (QS 43 : 1-4).
Karenanya al-Quran merupakan manifestasi yang paling luar biasa dari diri Allah SWT sebagai nikmat yang teragung bagi manusia. Sekiranya kita ingin diri kita tersambung dengan keagungan Allah SWT tersebut maka bacalah Al-Qur’an. (bersambung)
Ditulis Oleh : Dr. Kholid Al-Walid – Ketua STFI Sadra, Doktor bidang Filsafat Islam