MADANINEWS.ID, JAKARTA — Kebijakan Pemerintah Arab Saudi untuk membuka pelaksanaan haji tahun 2020 ini memang belum diputuskan, namun Pemerintah Indonesia sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi jika pelaksanaan haji kembali dibuka.
Kementerian Kesehatan melalui Pusat Kesehatan Haji mendukung kebijakan Kementerian Agama dalam persiapan penyelenggaraan haji tahun ini tetap berjalan, walaupun belum ada keputusan terkait hal itu.
“Kami (Kemenkes) mendukung penyelenggaraan haji oleh Kemenag, Walaupun belum diputuskan, maka kami tetap melakukan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji termasuk pemberian vaksin,” kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusuf Singka Eka saat diskusi melalui aplikasi daring (online), Senin (13/04).
Diskusi ini digagas Pengurus Besar Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PB FKAPHI) dengan menghadirkan narasumber langsung Kapuskes Haji Eka Jusuf Singka serta dihadiri oleh para pengurus FKAPHI baik pengurus besar maupun pengurus wilayah dan Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kabupaten Kota.
Jika penyelenggaraan haji dilaksanakan, kata Eka, pihaknya juga tengah menyiapkan beberapa protokol pemeriksaan jemaah haji antara lain menyiapkan rapid test. “Rapid test adalah alat untuk melihat antibodi dalam jemaah haji kita, cuma persoalannya itu, cuma melihat antibody bukan antigennya,” terangnya.
Menurut Eka, antibodi tersebut merupakan pelindung tubuh dari serangan virus dari luar sehingga antibodi ini hanya bisa terlihat dengan cara rapid test tersebut, hanya saja untuk melakukan rapid test itu ada kriterianya, tidak semua orang bisa mengikuti rapid test.
“Jadi kalau diibaratkan, antibodi adalah “tentara” yang muncul dalam tubuh kita kalau ada serangan dari luar, kita ibaratkan badan kita adalah negara dan covid itu adalah musuh atau penyerang makanya ada antibodinya, nah anti bodi ini hanya bisa dilihat dengan cara rapid test, cuma untuk di rapid test ini harus ada kriterianya, tidak semua orang bisa mengikuti rapid test,” jelasnya.
Pusat Kesehatan haji juga sudah mengantisipasi jika nanti ada jemaah haji yang terkena covid19. Pihaknya juga sudah berkirim surat kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) agar meminta Asrama Haji menyiapkan satu ruangan steril sebagai bentuk antisipasinya.
“Kalau seandainya nanti jemaah haji terkena covid19 di embarkasi langsug dikarantinakan di asrama haji dan nanti saat jemaah haji berada di asrama haji kami juga sudah meminta disediakan ruangan steril untuk kita menjaga-jaga dan Pak Sekjen (Sekjen Kemenkes) sudah bersurat kepada pak Dirjen (Dirjen PHU) meminta ada satu ruangan tersebut, sekarang kita positif saja, tapi nanti kita siapkan semuanya,” ujarnya.
Jemaah haji yang jumlahnya 221 ribu itu, menurutnya tidak bisa semua mengikuti rapid test, hanya beberapa saja yang bisa mengikuti. Dan rapid test itu bisa diulang dua kali. Selain menggunakan rapid test juga digunakan VCR (Visual Conversion Reaction).
Pihaknya saat ini juga terus mengikuti perkembangan pandemik covid19 di seluruh dunia dan akan mengatur untuk pemeriksaan test corona virus itu dan juga terkait VCR (Visual Conversion Reaction) yang juga harus digunakan.
“Kita harus menjamin jemaah haji kita bebas dari Corona saat nanti ke Saudi karena mereka sangat ketat,” pungkas Eka.