IBADAH.ID, Jakarta – Upaya pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM untuk fokus pada peningkatan kualitas koperasi mulai membuahkan hasil. Koperasi-koperasi berkualitas semakin banyak muncul di berbagai di berbagai daerah dan telah menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat. Bahkan di beberapa Daerah koperasi mampu berkontribusi dalam peningkatan Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Misalnya saja Koperasi Serba Usaha (KSU) Albasiko II di wilayah Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). KSU ini menjadi wadah beragamnya etnis para anggota sehingga patut dijadikan teladan koperasi yang sejahtera dalam kebhinekaan.
Di Pasaman Barat, sebagai kabupaten di pesisir pantai dan berjarak 202 km dari kota Padang ini memang kondang dengan keberagaman suku masyarakatnya. Dengan jumlah penduduk sekitar 500.000 jiwa beragam suku menghuni di dalamnya mulai dari Jawa, Sunda, Nias, Mandailing, dan tentunya suku Minang.
KSU Gapoktan Albasiko II pun hadir di dalamnya mewarnai gerak dan napas ekonomi masyarakat setempat yang sebagian besar adalah petani kelapa sawit.
Sadar bahwa sejahtera hanya dapat digapai secara bergotong royong dan bersama-sama para petani sawit pun berkumpul dan sepakat membentuk koperasi hingga kemudian bisa menempati kantor pusatnya di Jalan Tengku Umar, Jorong Bangun rejo, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat.
Albasiko awalnya adalah gabungan kelompok tani yang bermukim di empat desa, yaitu Desa Alamanda, Bangunrejo, Sidodadi, dan Koto Gadang Jaya (Albasiko).
KSU Gapoktan Albasiko II itu secara resmi didirikan pada Maret 2009 hingga kemudian terus berkembang, dan menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat petani kelapa sawit khususnya di wilayah Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat.
“Koperasi ini mulai beroperasi Maret 2010, jadi ada tenggang waktu 1 tahun. Awalnya koperasi berasal dari kelompok tani Sumber Rejeki, Suka Maju, Jati Makmur, Cinta Makmur, Harapan dan Sepakat Jaya, dan Usaha Bersama. inilah sponsor kelompok-kelompok yang akhirnya membentuk Gapoktan kemudian sepakat melebur menjadi KSU,” jelas Ketua KSU Gapoktan Albasiko II Karno Fahrudin.
Pria yang keturunan Jawa namun lahir di Minang itu mengatakan dalam perjalanannya koperasi mengalami jatuh bangun untuk bisa eksis seperti saat ini.
“Tentu ada rintangan dan tantangan,namun berkat kekompakan pengurus, pengawas dan anggota kita bisa atasi. Perkembangan Albsiko II mengalami peningkatan, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada koperasi, kami mulai mengurus perizinan koperasi dan pada 2013, Albasiko II sudah memiliki Badan Hukum koperasi, karena lembaga yang diizinkan menggalang dana hanya lembaga keuangan dan koperasi,” katanya.
Awalnya, KSU Gapoktan Albasiko II, bergerak hanya di unit Simpan Pinjam (USP) atau LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis) dimana koperasi melayani kebutuhan simpanan dan pinjaman dari anggota yang mayoritas adalah petani kelapa sawit.
Mengingat risiko unit simpan pinjam cukup besar maka KSU berusaha membuka unit unit usaha yang lain. Sampai pada akhirnya ada empat unit usaha lain yang dikembangkan yakni Waserda, pupuk organik, saprodi, dan peternakan.
Namun unit usaha yang paling menjadi andalan tetaplah LKM A atau SP, disusul LDPM (Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat) atau Waserda terutama sembako. “Selanjutnya unit usaha Saprodi seperti pupuk, obat konsentrat untuk melayani kebutuhan petani anggota,” katanya.
Sedangkan unit usaha pupuk organik, terpaksa harus berhenti dalam dua tahun terakhir ini. Hal ini karena dampak dari Gempa Pariaman (2009), setelah beberapa tahun kemudian, baru diketahui bangunan tempat pembuatan pupuk organik mau roboh.
Unit usaha peternakan sapi juga digarap, karena Kabupaten Pasaman juga ditetapkan sebagai pusat pengembangan ternak sapi nasional.
“Populasi sapi milik anggota KSU Albasiko II, saat ini mencapai 300 ekor. Dan ada rencana pada 2018 ini melakukan pengembangan usaha penggemukan sapi, yang tentunya membutuhkan pasokan konsentrat atau kandungan protein yang cukup dalam pakan sapi,” jelasnya.
Berjuang Membuktikan
Karno Fahrudin mengakui butuh waktu beberapa tahun untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat khususnya petani kelapa sawit di Kecamatan Kinali untuk menjadi anggota koperasi. “Dalam masa-masa awal itu kami berjuang untuk membuktikan, dengan bersama-sama dalam wadah koperasi kita bisa menjadi besar, dan keuntungannya pun akan kembali kepada anggota koperasi,” ujarnya.
Haslnya pun mulai bisa dipetik sehingga pada akhir 2015, anggota koperasi itu berjumlah 586 orang, yang tergabung dalam 12 kelompok tani. Sampai pada akhir 2017 jumlah anggota sudah mencapai 698 orang.
Dari sisi aset pun melesat jauh tercatat aset KSU Gapoktan Albasiko II pada 2015 masih Rp 9,4 miliar. Pada akhir 2016 asetnya melambung menjadi Rp 13,7 miliar. Dan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2017 yang digelar pada Februari 2018 lalu, aset KSU Gapoktan Albasiko II sudah melambung menjadi Rp 21,4 miliar.
KSU terus berupaya meningkatkan pelayanan prima kepada anggota, dari hulu sampai hilir. Misalnya untuk unit warung serba ada (Waserda). Koperasi itu menyediakan berbagai kebutuhan anggota, dan menampung berbagai produk anggota, terutama beras dan dedak, untuk kemudian dipasarkan.
Sejak Agustus 2015, anggota yang hendak memesan beras dan dedak, diantar langsung oleh koperasi ke alamat anggota pemesan.
Pelayanan antar langsung ke alamat itu disambut gembira oleh anggota, yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani atau perorangan. Sebab, sebagian besar anggota juga punya usaha di bidang peternakan, seperti beternak ayam, sapi, kambing, bebek, dan ikan. Ternak sapi saja ada sekitar 300 ekor yang dipelihara anggota. Tercatat koperasi pun bisa mengantarkan beras dan dedak berkisar 14 hingga 15 ton per bulan.
“Roda usaha koperasi ini dijalankan oleh empat orang manajer, yang dibantu 100 orang lebih tenaga kerja di berbagai bidang, antara lain kolektor, pembukuan, kasir, pemasaran, satpam, dan sopir, dan alhamdulillah semua persoalan pengelolaan yang timbul bisa diselesaikan di internal koperasi,” ujarnya.
Ia menuturkan, simpanan pokok anggota koperasi itu Rp50.000 dan simpanan wajib Rp30.000 per bulan. Hingga 2015, koperasi itu telah memiliki modal sendiri sebesar Rp781 juta, mempunyai tiga mobil rental, nilai aset mencapai Rp9,6 miliar, dan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada 2015 sebesar Rp501 juta. SHU pada 2016 pun naik menjadi Rp 503 miliar dan meningkat menjadi Rp 536 miliar pada 2017.
Didampingi Kusen, Manajer LKM-A (Unit Simpan Pinjam), Karno F menjelaskan, Unit Simpan Pinjam koperasi mampu memberikan pinjaman maksimal kepada anggota sebesar Rp100 juta, dengan bunga 1,4 persen perbulan bagi anggota, sedangkan untuk calon anggota suku bunga ditawarkan 1,6 persen perbulan.
Kini KSU juga sudah menempati gedung baru berlantai dua yang dibangun dengan dana Rp 600 juta. Kantor itu berukuran 8×16 meter di atas tanah seluas 1.000 meter persegi. “Kantor baru ini beroperasi sejak Juli 2016. Semua kegiatan usaha sudah dikonsentrasikan di kantor baru ini,” imbuh Karno.
Rencana Usaha
Terkait rencana pengembangan usaha 2018, Karno menguraikan, KSU Gapoktan Albasiko II akan memperluas unit sektor riil terutama dalam bidang peternakan (penggemukan sapi), pembelian TBS (Tandan Buah Segar) sawit milik petani melalui kerja sama dengan PKS (Pabrik Kelapa Sawit).
“Fluktuasi harga membuat harga TBS menjadi tidak pasti, bahkan menurun akhir-akhir ini menjadi Rp 1.000 perkg darisekitar Rp 2.000 kg. Maka untuk melindungi petani dari masalah harga ini, kami akan melakukan perjanjian dengan PKS,” ujar Karno.
Untuk penggemukan sapi, pihaknya sudah berkordinasi dengan Dinas Perkebunan Kabupaten Pasaman Barat, perihal kerja sama pasokan bungkil kelapa sawit sebagai salah satu bahan pembuatan konsentrat (pakan sapi).
“Salah satu anggota KSU, sudah ditawari RPH (Rumah Pemotongan Hewan) di Padang untuk bisa penuhi pasokan daging di Padang. Namun itu butuh usaha penggemukan sapi dimana harus ada pertumbuhan 0,8 kg perhari dan itu membutuhkan protein dalam bentuk konsentrat,” ujarnya.
KSU Gapoktan Albasiko II juga akan membuka kantor kas di luar Kecamatan Kinali, sehingga lebih dekat aksesnya ke ibukota Pasaman.
Sejahterakan Anggota
Zirma Yusri, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumbar mengatakan keberhasilan yang dicapai KSU Gapoktan Albasiko II saat ini lebih karena para anggotanya sudah merasakan manfaat gotong royong dan mencapai kesejahteraan secara bersama. Dengan begitu maka keuntungan yang dirasakan juga dapat dinikmati para anggotanya. “Itulah esensi koperasi, para anggota, pengurus dan pengawas merasa senang kalau bersama-sama membangun kekuatan ekonomi,” katanya.
Namun diakuinya, masih banyak koperasi yang membutuhkan bimbingan, dan pelatihan sampai pengawasan agar operasional koperasi bisa berjalan sesuai ketentuan, sehingga tujuan pendirian koperasi bisa tercapai.
Ke depan pihaknya akan menggarap koperasi di tempat pariwwisata, mengingat Provinsi Sumbar memiliki banyak destinasi pariwisata yang potensial dikembangkan. “Dari pusat kami mengharapkan ada kebijakan soal jaminan pasar, karena itulah yang menjadi kendala utama setelah proses budi daya berhasil,” katanya.
Yusri menegaskan, koperasi sebagai badan usaha yang juga gerakan ekonomi rakyat harus dikelola secara serius dan profesional. Koperasi yang baik itu, menerapkan prinsip keterbukaan, transparansi, dan akuntabel.
Selain itu, usaha-usaha yang dikelola diharapkan harus mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran.
“Perlu dilakukan usaha untuk memberdayakan koperasi agar perannya lebih optimal dalam mensejahterakan anggotanya dan masyarakat melalui diversifikasi produk dan perluasan jaringan pasar,” tutupnya.