MADANINEWS.ID, JAKARTA – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mendorong tiga pilar utama dalam penguatan pengelolaan zakat di tanah air. Ketiga hal tersebut yaitu sumber daya manusia (SDM) profesional, teknologi informasi, dan infrastruktur yang solid.
Hal itu disampaikan Pimpinan BAZNAS RI Bidang Pengumpulan, H. Rizaludin Kurniawan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Lembaga Amil Zakat (LAZ) se-Indonesia di Jakarta, pada Selasa (15/10/2024).
Menurut Rizaludin, tanpa dukungan SDM berkualitas, teknologi yang kuat, serta infrastruktur yang solid, Lembaga Amil Zakat (LAZ) akan kesulitan untuk memenuhi harapan masyarakat dalam hal pengelolaan dana zakat. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya peningkatan kapasitas dalam hal ini.
“Lembaga zakat harus memiliki tim yang kompeten, memiliki integritas, serta mampu mengikuti perkembangan tren dan inovasi dalam pengelolaan zakat. Selain itu, SDM juga perlu dibekali dengan pelatihan berkelanjutan untuk menjaga kualitas pelayanan,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Rizaludin menegaskan pentingnya perubahan paradigma dalam pengelolaan zakat. Menurutnya, LAZ harus fokus pada inovasi layanan dan penggunaan teknologi agar bisa mengelola zakat secara efisien tanpa “menjual air mata mustahik”. Hal ini akan menciptakan kenyamanan dan kepuasan bagi para muzaki (pemberi zakat) sehingga semakin banyak yang percaya pada lembaga zakat di Indonesia.
“Organisasi pengelola zakat bukan sekadar menghimpun dana, melainkan menawarkan jasa pengelolaan amal yang profesional,” katanya.
Rizaludin juga menyoroti pentingnya SDM yang profesional, teknologi informasi, dan infrastruktur yang solid dalam pengelolaan zakat. Menurutnya, tanpa dukungan SDM berkualitas dan teknologi yang kuat, LAZ akan kesulitan untuk memenuhi harapan masyarakat dalam hal pengelolaan dana zakat. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya peningkatan kapasitas dalam hal ini.
Rizaludin menekankan bahwa ada beberapa isu strategis yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah literasi zakat, kinerja fundraising, layanan pasca donasi, kualitas SDM fundraising, digitalisasi, dan branding kelembagaan. Hal ini dianggap penting agar zakat dapat dihimpun dengan lebih efektif dan efisien.
Sementara itu, Perwakilan LAZ Rabbani, Muhammad Faried, menyoroti tantangan literasi zakat di Indonesia. Menurutnya, minat baca masyarakat Indonesia yang rendah menjadi salah satu hambatan utama dalam meningkatkan kesadaran akan zakat. Faried menjelaskan bahwa di era media sosial, masyarakat lebih suka konten visual yang singkat dan padat, sehingga edukasi zakat harus disesuaikan dengan tren ini.
Sebagai solusi, Faried menyampaikan bahwa LAZ Rabbani telah mulai membuat konten-konten edukatif yang ringkas dan menarik untuk diunggah di media sosial seperti Instagram dan Facebook. Namun, ia mengakui bahwa dampaknya masih kecil karena konten tersebut belum didukung dengan promosi berbayar (ads) yang lebih luas. “Kami berusaha untuk terus meningkatkan literasi zakat di masyarakat,” ujarnya.
Senada dengan Faried, pimpinan LAZ Al-Hilal, Iwan Setiawan, membahas tantangan dalam fundraising. Menurutnya, strategi penggalangan dana melalui WhatsApp (WA) yang telah digunakan selama beberapa tahun kini mulai menunjukkan kejenuhan. Selain itu, ia menambahkan bahwa pelemahan ekonomi nasional juga berdampak pada menurunnya minat masyarakat untuk berdonasi melalui lembaga zakat.
“Penurunan fundraising Lembaga pengelolaan zakat terjadi karena beberapa hal yaitu kejenuhan strategi WA fundraising (internal), masyarakat memilih donasi di kegiatan lembaga terdekat, bahkan tetangga/keluarganya, pelemahan ekonomi nasional, menurunnya berdonasi ke lembaga. Hal itu tentu harus kita carikan solusi bersama,” paparnya.
Jajang Nurjaman, pimpinan LAZ Daarut Tauhid, menyoroti pentingnya kepedulian yang didasarkan pada tauhid dalam pengelolaan zakat. Ia menyampaikan bahwa semakin kuat keimanan seseorang, semakin besar kepeduliannya terhadap sesama.
“Sebagaimana disebutkan dalam hadits, ‘Tidaklah beriman seseorang yang kenyang semalaman, sementara tetangganya kelaparan,’ kepedulian yang kita tanamkan harus berasal dari iman,” ungkap Jajang.
Jajang menambahkan bahwa kepedulian tidak diukur dari banyaknya donasi yang diberikan, melainkan dari pemahaman bahwa di dalam harta seseorang terdapat hak bagi mustahik. Dengan memahami ini, para muzaki akan lebih terdorong untuk memberikan zakat mereka dan memperkuat tauhid mereka dalam prosesnya.
Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Lembaga Amil Zakat (LAZ) se-Indonesia berlangsung pada Selasa, 15 Oktober 2024, di Jakarta. Acara ini dihadiri oleh pimpinan LAZ dari seluruh Indonesia dengan agenda utama membahas strategi pengelolaan zakat untuk mencapai target nasional dan mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam penghimpunan zakat.
Rakornas juga membahas pentingnya inovasi dalam layanan zakat. Dalam era digital, LAZ didorong untuk memanfaatkan teknologi agar pengelolaan zakat lebih cepat, transparan, dan efisien. Dengan teknologi yang tepat, penyaluran dana zakat dapat dilakukan lebih merata dan sesuai dengan kebutuhan mustahik di berbagai daerah.