MADANINEWS.ID, MADINAH – Seorang pemuda dari seberang mengusulkan taktik tak terduga kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, saat di Persia, ketika kami dikepung, kami dikepung dengan parit.” Mendengar cerita itu, Nabi tak tinggal diam. Ia mengerahkan segala pikiran. Terciptalah strategi jitu membuat lawan tunggang-langgang. Nabi pun memerintahkan para sahabat menggali parit untuk melindungi kota Madinah.
Nama pemuda itu adalah Salman Al-Farisi, laki-laki asal Persia yang masuk Islam dan menetap di Madinah bersama Nabi. Taktik yang ia usulkan itu kelak dipelajari oleh generasi muda muslim sebagai taktik heroik perlawanan Nabi dan para sahabatnya dalam perang Khandaq.
Taktik ini tercetuskan pada tahun 4 H setelah kaum Yahudi Madinah mengunjungi kafir Quraisy di Mekkah dan mengajak mereka memerangi Nabi SAW. Abu Sufyan sebagai salah satu petinggi Quraisy pun menyetujuinya. Pada perang yang bisa dibilang tak imbang itu, kaum muslimin berhasil menang meskipun hanya dengan pasukan 3.000 banding 10.000 (Ibn Hisyam).
Strategi usulan Salman ini disebut al-Zarqani sebagai strategi yang baru di kalangan Arab. Di Perang Khandaq ini lah strategi itu pertama diterapkan. Wajar jika musuh tidak dapat menduganya.
Tempat perencanaan strategi perang Khandaq itu kini diabadikan menjadi komplek bangunan masjid yang disebut Sab’u Masajid. “Tujuh Masjid” adalah kumpulan masjid-masjid kecil yang terletak di kota Madinah, Arab Saudi. Situs ini memiliki nilai historis dan religius yang tinggi. Pasalnya, Sab’u Masajid dulu menjadi lokasi Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mengadakan shalat dan mengatur strategi perang.
Komplek ini disebut Sab’u Masajid karena tersusun dari tujuh masjid. Namun saat dihitung, jumlahnya hanya enam, satu masjid lain diyakini adalah masjid Ar-Rayyah. Jangan dibayangkan masjidnya besar-besar dan luas-luas seperti Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Masjid-masjid yang ada di komplek ini kecil-kecil. Setiap masjid diberi nama tertentu sesuai dengan nilai historisnya.
Dalam papan yang tertera di lokasi komplek Sab’u Masajid, masjid-masjid kecil ini juga dulunya merupakan semacam pos pemantauan pada saat perang Khandaq. Komplek masjid yang dibangun pada salah satu bagian parit perang tersebut, diinisiasi dan dikembangkan pada masa kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz.
Berikut Nama-nama Masjid di Sab’u Masajid beserta sejarah singkatnya.
1. Masjid Al-Fath: Masjid ini merupakan yang terbesar di antara tujuh masjid tersebut. Menurut riwayat, Nabi Muhammad SAW berdoa di sini selama tiga hari saat Pertempuran Khandaq. Al-Fath berarti “kemenangan,” yang merujuk pada kemenangan kaum Muslimin dalam pertempuran ini.
2. Masjid Salman Al-Farisi: Diberi nama berdasarkan sahabat Nabi, Salman Al-Farisi, yang mengusulkan strategi penggalian parit untuk melindungi Madinah. Masjid ini terletak di lokasi Salman biasa berdiri selama pertempuran.
3. Masjid Abu Bakar: Dinamai sesuai dengan nama sahabat Nabi yang juga merupakan Khalifah pertama, Abu Bakar As-Siddiq. Masjid ini dulunya adalah tempat Abu Bakar menghabiskan waktu dalam pertempuran.
4. Masjid Umar: Diberi nama sesuai dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab. Seperti masjid lainnya, tempat ini memiliki nilai historis yang tinggi dalam sejarah Islam.
5. Masjid Ali: Dinamai berdasarkan Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, serta Khalifah keempat. Ali adalah salah satu pejuang terdekat Nabi dalam pertempuran ini.
6. Masjid Fatimah: Beberapa sumber menyebutkan adanya masjid kecil yang dinamai Fatimah, putri Nabi Muhammad SAW, meskipun ada perdebatan tentang kebenaran historisnya. Saat ini masjid Fatimah juga sedang dalam proses restorasi.
7. Masjid Ar-Rayyah: Berdasarkan paparan sejarah, masjid ketujuh dari komplek Sabu Masajid adalah masjid ar-Rayyah, yang letaknya dibalik Gunung Sala’, bagian sisi lain dari komplek Sab’u Masajid saat ini.
Sab’u Masajid Era Kini: Direstorasi untuk Pembelajaran Generasi Islami
Bagi para peziarah yang mengunjungi Madinah, Sab’u Masajid menjadi salah satu destinasi penting. Selain melaksanakan ibadah, pengunjung dapat merenungkan sejarah dan mendapatkan pelajaran dari peristiwa yang terjadi di tempat ini. Pemerintah Arab Saudi juga telah melakukan restorasi untuk menjaga keaslian dan kemegahan situs ini.
Satu masjid baru yang cukup besar pun dibangun di tengah-tengah komplek. Arsitektur dan gaya interiornya hampir sama dengan Masjid-masjid bersejarah di Madinah, seperti Qiblatain atau Quba. Masjid baru ini dibangun sekitar tahun 1428 H. Masjid ini digunakan untuk salat Fardhu, mengingat masjid-masjid di komplek Sab’u Masajid ini cukup kecil.
Keenam masjid di Sab’u Masajid tidak dibangun di dataran yang sama rata, sebagian masjid di bangun di bukit yang lumayan tinggi. Misalnya Masjid Al-Fath, Masjid Salman, dan Masjid Ali bin Abi Thalib. Meskipun tidak setinggi Jabal Nur, dibutuhkan langkah ekstra untuk menuju ke sana. Namun jangan khawatir, infrastruktur hasil restorasi di area masjid ini sudah ramah disabilitas. Di sela-sela tangga dibangun jalan lebar berkelok untuk trayek kursi roda.
Saat sampai di Masjid Al-Fath, di ujung bukit, kami menyempatkan diri untuk salat dua rakaat, menjemput berkah Rasul SAW yang melaksanakan salat dan berdoa di area ini.
Menuju Sab’u Masajid juga cukup mudah. Pemerintah Arab Saudi bahkan menyediakan bus citytour yang salah satunya menjangkau area ini. Sab’u Masajid kini bukan hanya tempat ibadah tetapi juga situs yang mengingatkan umat Islam akan pengorbanan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Setiap masjid dalam kompleks ini mengandung kisah keberanian, keteguhan iman, dan kebijaksanaan yang sangat berharga dalam sejarah Islam.