IBADAH.ID, Yerussalam-Seorang aktivis berusia 25 tahun asal Swedia, Benjamin Ladraa tengah menjalankan misi kemanusiaan dengan berjalan kaki sejauh 4.800 KM dari negaranya ke Palestina. Hal ini ia lakukan untuk meningkatkan kesadaran dunia tentang pelanggaraan Hak Asasi Manusia yang terjadi di Palestina.
Ia memulai perjalanannya dari kota kelahirannya di Gothenburg, Swedia pada 8 Agustus 2017 silam dan direncanakan akan tiba di Palestina hari ini, Kamis (05/07/2018) waktu setempat.
“Besok saya akan membuat penyelesaian terakhir dari perjalanan saya dan tiba di wilayah perbatasan Palestina yang diduduki,” tulis Ladraa di akun Instagram pribadinya, Rabu (4/7) seperti dilansir dari Daily Sabah.
Ladraa mengatakan ada kemungkinan dirinya dicekal oleh tentara Israel saat hendak memasuki Palestina. Jika hal itu terjadi, ia meminta semua pendukungnya untuk bergabung dengannya dan melawan segala tindak pelanggaran HAM yang dilakukan Israel di Palestina.
“Jika mereka tidak membiarkan saya masuk besok, maka itu adalah kesempatan yang sangat baik untuk membiarkan media di seluruh dunia berbicara tentang bagaimana Israel menghalangi aktivis HAM memasuki Palestina. Jadi saya ingin semua orang menghubungi banyak surat kabar, stasiun TV, kantor berita, dan berbagi mengenai cerita ini,” tulis Ladraa.
Pada 26 Juni lalu Ladraa tiba di Yordania dan berencana memasuki Palestina melalui Tepi Barat. Dia mengaku selalu mencari media di setiap negara yang ia lalui dalam perjalanannya, untuk meminta mereka membantu mempublikasikan perjalanannya.
Daily Sabah sendiri memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya di Ankara pada April lalu untuk mendengar ceritanya dan mempublikasikan misinya. Dalam kesempatan tersebut, Ladraa meminta para pendukungnya menyaksikan akhir perjalanannya pada Kamis (5/7) dan Jumat (6/7) untuk melihat bagaimana Pemerintah Israel akan bereaksi
“Biarkan dunia tahu mereka menyembunyikan kejahatan mereka dengan tidak mengizinkan orang yang akan bersaksi,” papar dia.
Ladraa yang lahir dari orang tua Yahudi, keluar dari pekerjaan dan studinya untuk mulai misi ini. Sebelumnya ia telah melakukan kunjungan selama tiga minggu ke Palestina. Kunjungan tersebut membuka matanya terhadap pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap mereka yang tinggal di daerah pendudukan Palestina.
Ladraa memiliki berbagai pengalaman positif dan negatif saat melintasi 13 negara dalam perjalanannya ke Palestina. Di Lebanon, ia mengunjungi tujuh kamp pengungsi tempat warga Palestina tinggal sejak pembentukan negara Israel pada 1948.
Dia selalu membawa bendera Palestina di punggungnya, simbol kemerdekaan Palestina, di atas bahunya. Ladraa menjual semua yang dia miliki untuk membiayai perjalanannya, dan telah menerima banyak sumbangan selama perjalanannya.