MADANINEWS.ID, Lombok – Aktor moderasi beragama adalah masyatakat pada tataran bawah yang memiliki kesadaran mewujudkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin. Sedangkan fasilitatornya adalah negara. Demikian pernyataan Badriyah Fayumi dalam acara Dialog Nasional dan Keagamaan Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) bertempat di Lombok,Senin ( 1/11/21).
“Moderasi beragama yang dalam bahasa agama dikenal dengan wasatiyatul Islam yang bukan barang baru dalam Islam, yang perwujudannya menjadi Islam yang harmonis, dan humanis,” ungkap ulama tafsir perempuan kelahiran 5 Agustus 1971 tersebut.
Islam Indonesia sangat beragam, ukuran moderasinya adalah kembalikan kepada ajaran inti pokok Islam itu sendiri. Bedakan mana ajaran yang ushuli (dasar) dan mana yang furu’i (cabang) agama.
Lukman Hakim Saifudin menuturkan, Islam itu laksana cermin besar yang Allah turunkan dari langit, ketika Allah turunkan ke bumi itu pecah berkeping-keping. Umat Islam mendapatkan pecahan kaca dalam kepingan-kepingan tadi. “Islam itu cermin besarnya, kita hanya mendapatkan kepingannya itu. Nah, keragamannya itu menjadi rahmat dalam menyikapi keragaman. Bukan malah menyeragmkan yang sudah beragam-ragam,” kata mantan Menteri Agama era SBY tersebut.
Selain itu, Hasani Ahmad Said selaku Pengurus Komisi Dakwah MUI Pusat menambahkan, bahwa moderasi beragama itu sebagai sikap jalan tengah yang paling ideal dan konsep moderasi ideal itu ada pada pribadi dan tauladan Rasulullah Saw. “Kita punya teladan yang sempurna dalam moderasi beragama, yakni Nabi Muhammad Saw. Dialah figur teladan dengan segudang konsep moderasi yang ideal, banyak catatan yang telah membuktikannya,” imbuh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Masih menurut UHAS (ust Hasani Ahmad Said), sapaan akrabnya, dalam konteks keindonesiaan, keagamaan dan Kebangsaan terwujud melalui pengamatan dari pancasila dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika. “. Bukan hanya itu, perwujudan konkrit dari moderasi beragama adalah melalui kearifan lokal yang dalam tradisi NU dikenalkan dengan istilah Islam Nusantara dan Muhamadiyah mengenalkan dengan Islam berkemajuan,” terang Ketua Yayasan Lentera al-Qur’an Elhasani yang juga tercatat sebagai Ketua DPD Al-Khairiyah Tangerang Selatan.[]