MADANINEWS.ID, YERUSSALEM — “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Begitu sabda Allah SWT dalam Al Quran Surat Al Isra ayat 1. Ayat ini menjadi bukti tentang kesucian Masjidil Aqsha di Palestina, sebagaimana Masjidil Haram di Mekah. Dari Masjidil Aqsha inilah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) singgah sebelum dimi’rajkan menghadap Allah SWT.
Dan masjid ini pula pernah dijadikan kiblat yang pertama sebelum kemudian dialihkan ke Kabah di Mekah. Secara historis, bangunan yang juga disebut dengan Masjid Baitul Maqdis (rumah suci) atau Masjid Iliya ini adalah milik kaum muslim.
Kesucian Masjidil Aqsha bukan sekadar lantaran pernah dijadikan kiblat dan tempat ibadah umat Islam, tapi Masjidil Aqsha menjadi simbol kebesaran kaum muslim. Namun, kalau bicara hari ini, Yerussalem, Palestina sebagai kota suci bagi kaum muslimin, karena Masjidil Aqsha itu, begitu berbahaya. Rawan penghancuran, kejahatan dan konflik berkepanjangan akibat ego kaum Yahudi atas Yerussalem yang juga diklaim sebagai kota suci mereka.
Dulu, Palestina dihuni oleh dua suku Arab yakni suku Finiqiyyun dan Kan’aniyyun. Kemudian negeri itu didatangi orang-orang Yahudi yang lari dari kejaran Fir’aun. Di masa Khalifah Umar bin Khattab, Palestina masih menjadi bagian dari wilayahnya.
Oleh Rasululah SAW, Masjidil Aqsha juga disebut dengan masjid berkubah biru. Masjid yang terletak di Kota Yerussalem Timur atau dikena dengan wilayah Al Haram Asy Syarif, bagi umat Islam atau Har Ha Bayit (Bukit Bait Allah atau Temple Mount/Kuil Bukit) bagi umat Yahudi dan Nasrani. Masjid berukuran seperenam dari seluruh area Al Haram Asy Syarif berada di dalam tembok Kota Lama Yerussalem.
Di dalam kawasan Al Haram Asy Syarif ini selain ada bangunan Masjidil Aqsha, juga terdapat Masjid Kubah Batu Shakhrah (The Dome of The Rock). Sedangkan bentuk Masjidil Aqsha yang sekarang ini, dibangun oleh Sultan Abdul Malik bin Marwan dari Daulah Umayyah (Dinasti Bani Umayyah) pada tahun 66H/685M dan selesai pada 73H/705M.
Jadi, Masjidil Aqsha yang didirikan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khattab ini berupa rumah ibadah kecil. Kemudian diperbaiki dan dibangun kembali oleh Sultan Abdul Malik bin Marwan pada tahun 685M dan diselesaikan oleh putranya Sultan Al-Walid pada tahun 705M.
Sempat beberapa kali direnovasi lantaran rusak akibat gempa bumi pada 746M dan 1033M. Terakhir masjid ini dipugar pada masa Sultan Ali Az-zahir pada 1035M hingga terlihat bangunannya seperti sekarang ini.
Sementara kubah As-Shakhrakh terletak di tengah kompleks Al-Haram asy-Syarif di dalam tembok kota lama Yerusalem Timur. Bangunan kubah ini didirikan pada tahun 691M di masa Sultan Abdul Malik bin Marwan untuk menaungi batu (Shakhrakh) yang dipercaya sebagai tempat Rasulullah melaksanakan Mi’raj ke Sidratul Muntaha pada peristiwa Isra’ Mi’raj.
Biro travel yang menjadikan Masjidil Aqsha sebagai salah satu tempat yang diziarahi, biasanya menggunakan Amman sebagai titik poin menuju Yerussalem lewat Allenby Bridge dan Jericho. Sebelum menuju ke tujuan utama, lebih dulu ziarah ke Makam Nabi Musa, Gunung Zaitun, Masjid Salman Al Farisi baru kemudian ke Masjidil Aqsha, berikut The Dome of The Rock dan Masjid Omar.
Beberapa biro perjalanan yang menawarkan umrah plus Aqsha, kadang akan tinggal di Yerussalem selama dua malam. Sebab, selain mengejar keutamaan ibadah sholat di Masjidil Aqsha, Anda juga bisa berziarah ke tempat kelahiran Nabi Isa di Bethelem. Lalu ziarah ke makam Nabi Ibrahim, Nabi Ishak dan Nabi Yakub beserta istri-istrinya di komplek Masjid Al Khalil.