Madaninews.id, Raja Ampat – Selain dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia, Raja Ampat juga dikenal memiliki tekstur tanah yang sangat subur. Maka tak heran, bila wilayah tersebut juga dikenal sebagai daerah penghasil buah naga berkualitas baik. “Presiden Joko Widodo selain meminta pengembangan 10 destinasi wisata prioritas, juga meminta lima produk UMKM yang bisa dikembangkan pada masing-masing destinasi wisata tersebut. Salah satunya, buah naga ini sebagai produk UMKM unggulan dari Raja Ampat”, ungkap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, usai meninjau usaha tani buah naga di Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Jumat (28/02).
Di depan para petani buah naga, Wakil Gubernur Papua Barat Mohammad Lakotani, dan Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati, Teten menyebut langkah tadi tentunya ini untuk mengangkat perekonomian masyarakat disana.
“Contohnya seperti produk kuliner itu bisa berupa kafe, hingga restoran. Begitu juga dengan komoditas kopi, serta wisata alam dan budaya harus bisa menjadi produk unggulan daerah. Tak ketinggalan adalah olahraga wisata”, papar Teten.
Papua Cocok Untuk Usaha Buah Naga
Bagi Teten, bila wisata alam tumbuh, maka akan membutuhkan pemandu wisata. Lebih dari itu, akan tercipta suplai kebutuhan para turis seperti oleh-oleh atau souvenir. “Oleh karena itu, Kemenkop dan UKM akan memberikan program di Raja Ampat terkait pendampingan-pendampingan hospitality, sekolah barista, dan desain, agar produk yang dihasilkan bisa lebih artistik, hingga tercipta branding produk”, jelas Teten.
Untuk Green Investment, menurut Teten, akan masuk di beberapa komoditi seperti kakao, pala, dan kopi. Dan itu cocok untuk pengembangan UMKM di Papua. “Di Raja Ampat perlu didorong terbentuknya sentra-sentra bisnis, seperti sentra buah segar, sampai sentra produk laut untuk go internasional. Konsepnya adalah kemitraan skala besar dengan yang kecil”, ucap Teten.
Dalam kesempatan yang sama, seorang pelaku usaha tani bernama Keis Burdam bercerita kesuksesannya dalam bercocok tanam buah naga di wilayah Waisai, Raja Ampat, Papua Barat.
Keis bercerita, awalnya menanam buah naga karena terinspirasi saudaranya yang sudah lebih dulu menanamnya di Kalimantan. “Pada 2014, saudara saya itu mengatakan kalau tanaman buah ini tidak kenal musim. Maka, sejak itu, saya pun mulai menekuni buah naga dengan serius”, kata Keis.
Tak pelak, langkah Keis tersebut cukup menarik perhatian warga Waisai lainnya untuk melakukan hal yang sama. “Ternyata, dengan cara tekun, rajin, dan sabar, kami Orang Papua pun bisa bertani buah naga”, ucap Keis.
Di tahap awal itu, Keis berharap warga Papua tidak menjual lahannya, melainkan memanfaatkannya dengan bercocok tanam apa saja, termasuk buah naga, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Saya dan teman-teman sudah melakukan ini, dan bisa menarik warga Papua lainnya untuk melakukan hal yang sama”, kata Keis.
Keis mengaku, banyak orang Papua yang sudah datang ke perkebunannya, melihat langsung kebun buah naga hasil anak Papua. “Saya tidak belajar kemana-mana. Saya di Raja Ampat belajar sendiri dan saya berhasil. Tidak ada orang Jawa yang datang yang ajari saya bertani disini. Saya menyebutnya bertani versi orang Papua, berbeda dengan yang dilakukan di daerah lain”, ucap Keis lagi.
Bibit Buah Naga Dari Kalimantan
Terkait bibit buah naga, Keis menjelaskan bahwa bibit berasal dari Kalimantan, kemudian ditanam di daerah Sorong. Berhasil di Sorong, Keis membawanya dan menanamnya di Raja Ampat. “Apalagi, tanah di Raja Ampat itu sangat subur. Pohon buah naga tumbuh luar biasa dengan hasil buah naga berkualitas”, tukas Keis.
Menurut Keis, yang menyebut kualitas buah naga asal Raja Ampat bagus adalah orang-orang yang datang dari Jayapura, Manokwari, Sorong, dan dari Pulau Jawa. “Oleh karena itu, kami akan terus menjaga mutu buah naga asal Raja Ampat, sehingga bisa memanjakan kepuasan para pembeli”, jelas Keis.
Seiring waktu berjalan, lanjut Keis, jumlah petani buah naga di Raja Ampat sudah lebih dari 100 orang dengan memiliki tak kurang dari 2.500 pohon buah naga. “Saya berharap mendapat dukungan dari pemerintah, sehingga buah naga memiliki nilai keberlanjutan. Walau belum terlalu fokus, kami mensuplai buah naga ke homestay-homestay di destinasi wisata di Papua”, pungkas Keis.*