MADANINEWS.ID, JAKARTA — Pengurus Besar Nahdatul Ulama mengumumkan awal Rajab 1441 Hijriah jatuh pada 25 Februari 2020 atau menurut kalender Islam, 1 Rajab sudah mulai dihitung sejak Senin 24 Februari 2020 malam.
Sebelumnya petugas Lembaga Falakiyah PBNU telah melakukan pemantauan terhadap hilal. Lalu karena rukyah yang dilakukan pada Minggu kemarin tidak dapat melihat hilal, maka didtetapkan 25 Februari sebagai awal Rajab.
“Awal Rajab 1441 H bertepatan dengan hari Selasa Legi (mulai malam Selasa Legi), 25 Februari 2020 atas dasar istikmal, sebab rukyah pada Ahad petang tidak dapat melihat hilal,” demikian disampaikan Sekretaris LF PBNU H Nahari Muslih sebagaimana dilansir dari laman NU Online pada Senin (24/2/2015).
Sementara Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PBNU K.H. Sirril Wafa menjelaskan kepada Okezone proses penghitungan masuknya Rajab secara terperinci.
“Atas dasar istikmal (umur bulan Jumadil akhir sempurna 30 hari), karena memang pada tanggal 23 Februari 2020 sore hari selepas Maghrib belum ada hilal. Saat matahari terbenam, bulan terbenam lebih dahulu. Lagi pula, ijtimak/konjungsi (posisi matahari, bulan, dan bumi di garis edar ekliptika berada dalam formasi sebaris/mempunyai jarak derajat yang sama dihitung dari titik Aries) dan itu baru terjadi pada Ahad malam 23 Februari Pukul 22.33 WIB. Ijtimak menandai akhir siklus bulanan bagi kalender qamariah,” ujarnya lewat pesan singkat.
Sementara itu Bulan Rajab dipercaya umat Islam sebagai bulan istimewa. Pengasuh Pondok Pesantren Al Muawanah Fajaresuk, Pringsewu, Lampung, KH Tamrin Mahera dalam buku Keutamaan Ibadah di Bulan Rajab, Tujuan Apa Motivasi, mengungkapkan beberapa keistimewaan bulan Rajab. Di antaranya perintah melaksanakan salat lima waktu yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Pada bulan istimewa ini umat Islam dianjurkan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah seperti salat, atau amalan sunah seperti puasa rajab, shalawat, dan istighfar. Semua ibadah yang dilakukan itu harus diniatkan karena mengharapkan ridha Allah dengan penuh keimanan dan keyakinan.
Oleh karena itu, KH Tamrin Mahera mengimbau umat Muslim agar dalam melaksanakan ibadah tidak terpaku pada keutamaan saja, namun menjadikan hal tersebut sebagai motivasi ibadah.